Ada Apa Dengan Indscript Creative (Part II)

1 comment
Begini Indscript Creative Sekarang

Melanjutkan ulasan part I yang sudah dipost beberapa hari lalu ya...(jadinya lebih dari 30 hari yang lalu...jeng..jeeng...)


Tapi sebelum lanjut menceritakan kisah Indscript dan Teh Indari Mastuti. Aku juga mau cerita sedikit tentang ini,

dok. Pribadi
Gambar di atas adalah sebuah buku antologi berjudul Perempuan Pemetik Cahaya terbitan Bitread di tahun 2018 lalu. Di buku itu, aku, dan 8 kawan perempuan yang menamakan diri GSM (Geng Salihah Menulis - Steffi Budi Fauziah, Dewi M, Muyassaroh, Hastin Pratiwi, Talitha Rahma, Rini Rahmawati, Hindun Uswatun Nisa, Haeriah Syamsudin) menuliskan tentang kisah para perempuan inspiratif yang ada di dunia, termasuk di dalamnya adalah nama Indari Mastuti. Yang kebetulan, ditulis oleh Haeriah Syamsudin yang juga seorang penulis banyak buku.

Sementara aku sendiri menuliskan tentang Tri Mumpuni, Muyassaroh menulis kisah Dalia Mogahed, Kisah Tawakkul Karman dituliskan oleh Steffi. Kemudian Talitha atau Lithaetr bercerita tentang Carolyn Walker, Dewi menuliskan kisah desainer muslimah Iman Aldebe. Ada juga kisah Triana Rahmawati yang bergulat dengan pada penderita schizofrenia yang ditulis oleh Rini.

Hastin Pratiwi yang tinggal di Yogya juga menulis kisah Pin Sudiraharti. Yang terakhir kisah Niniek Febriany yang ditulis Steffi bersama Muyassaroh.

dok. Pribadi
Dari buku ini pula, aku mulai mengenal perempuan inspiratif yang telah mengantungi sejumlah penghargaan, yaitu Indari Mastuti. Rasanya dua kali aku sempat tidak sengaja bertemu dengannya, dan kali terakhir pula aku mengucap bahwa aku ingin bekerja sama dengannya.

Qadarallah, Allah akhirnya mengizinkan aku bertemu langsung dengannya tempo hari. Dan sebelumnya, aku yang sempat melamar untuk menjadi bagian dari IIDN, diterima pula menjadi pengurus IIDN untuk divisi umum. Hingga saat ini, IIDN sendiri di ketuai oleh Widya yang berdomisili di Surabaya.

Oraiit, itu kisah saya yang ternyata berkaitan dengan teh Indari...

Selebihnya, sempat juga aku ikut ODOA alias One Day One Article di blog dan facebook,  di mana pada kedua kesampatan itu aku sempat dapat penghargaan di peringkat kedua.

Sekarang balik ke kisahnya Indscript Creative yess...

"Menulis itu bukan melulu soal bakat, tetapi keterampilan yang bisa diasah. Karenanya aku yakin semua ibu bisa menulis"
 (Indari Mastuti)


Komunitas IIDN saat ini telah berjumlah lebih dari 21 ribu. Banyak sudah kelas belajar yang bisa dilakukan secara online dan melahirkan banyak perempuan-perempuan ahli lainnya. Selain IIDN, teh Indari juga mengawangi komunitas lainya, yaitu IIDB atau Ibu-Ibu Doyan Bisnis dan semua komunitas ini berjalan dengan baik dan terus bertumbuh.

Hingga akhirnya di tahun 2017, teh Indari menciptakan Hand Sock dengan label IndBlack Premium Love Sock for Woman, yang menarik, produk yang satu ini melibatkan banyak perempuan di banyak daerah dan dibuat secara handmade. Masing-masing handsock yang dikemas cantik itu, disemprotkan parfum dari penyanyi Rossa terlebih dahulu.

Dari setiap pembelian handsock Indblack, itu artinya kamu menyisihkan 1000 rupiah untuk didonasikan. Dan dari sini pula Teh Indari semakin gencar memberikan dana hibah serta membebaskan perempuan-perempuan lain dari jeratan rentenir.

Baca Part I kisah Indscript disini

Tapi dana hibah yang ia gelontorkan terus dikontrol, di mana ia juga memberdayakan warga sekitarnya agar terus berkarya. Salah satunya adalah dengan berjualan bakso, seperti siang itu, kami disuguhi bermangkuk-mangkuk bakso yang ternyata ia beli dari orang yang ia beri dana hibah. Menarik, ya!

dok.Pribadi
(Sayang, aku nggak bisa cicip hari ini..xixixi...)

Tapi untuk Indblack ini ternyata ada kisah sedih. Di mana teh Iin sudah memutuskan untuk menutup Indblack mulai dari 1 April 2020 yang akan datang. Ini karena ia merasa kewalahan dan tidak mampu mengontrol produk-produknya dengan baik. Padahal hingga saat ini, masih ada sekitar 250 ribuan handsock yang belum terjual.

Kemungkinan besar, handsock-handsock tersebut akan dialihkan ke bisnis lain yang juga tengah ia jalankan, yaitu kunikita.

dok.Pribadi

Dian, adalah founder kunikita yang produknya juga pernah aku tuliskan di sini, salah satunya adalah banaroll. Dian meminang teh Indari untuk menjadi co-foundernya.

Meskipun berat, tapi setelah melalui pemikiran yang cukup panjang, 
saya harus menutup Indblack. (Indari Mastuti)



Lantas bagaimana nasibnya dengan Indscript Creative?

Tidak, tidak ada yang salah dengan bisnis ini. Malah semakin menghebat, semakin menguat, semakin menginspirasi.

Karya demi karya hebat dilahirkan.

Salah satunya adalah program BUKUIN AJA

Awalnya Bukuin aja dibuat untuk buku solo. Hanya dengan membayar 300 ribu saja, kamu sudah bisa menghasilkan buku solo. Kebayang mbrudulnya orang-orang yang pengen punya buku, karena hanya bayar segitu aja. Tapi ternyata, kesalahan lagi yang Teh Iin buat.

Teh Iin."Ternyata saya salah perhitungan, untuk sebuah buku solo, saya harus meng-inject dana sekitar 800ribuan,"

WHAT?

Kebayangkan berapa banyak uang yang harus dikeluarin Indscript buat buku solo di bukuin aja. Hingga akhirnya, bukuin aja dibuat menjadi buku antologi. Lantas apa jadi sepi peminat? Oh, tentu tidak!

Banyak sekali perempuan dan para ibu yang akhirnya memiliki karya dengan menulis di buku antologi bukuin aja yang dicetak langsung di kantor Indscript Creative. Karena memang bisnis ini sudah mesin print sendiri. Ah, makin sedep dengernya ya.

Jadi,

Indscript Creative itu masih ada ya, teman-teman. Bisnis ini terus melebarkan sayap dan terus berinovasi. Indscript masih menerima jasa penulisan dan tentu saja, masih menuliskan buku-buku biografi.

Btw, kamu tahu nggak sih, siapa aja orang-orang yang bisa dan mau ditulis kisahnya di buku biografi. Banyak, banyak orang ternyata. Nggak mesti orang terkenal, tapi mereka yang punya banyak kisah dalam hidupnya sepertinya layak dituliskan. Banyak pengusaha yang memiliki kisah menarik dan membagikan kisahnya pada keturunannya, pada tamu-tamunya. Hingga akhirnya mereka tahu dan mengenalnya lebih baik.

Teh Indari juga sempat mengungkapkan kisaran harga untuk membuat buku biografi bersama Indscript Creative, yang ternyata harganya jauh dibawah dugaan orang-orang.

Harga segitu dibilang murah,"tau gitu.'"begitu seloroh Teh Indari pada suaminya, kala menceritakan klien yang menanyakan harga untuk membuat buku biografi. Diiringi tawa kami, para blogger yang mendengar ucapannya.

dok.Pribadi

Sebelum menutup pertemuan siang itu, teh Indari sempat mengajak kami ke bagian dalam ruangan Indscript. Di sana terdapat beberapa unit komputer dan dipegang oleh beberapa perempuan muda yang bertanggung jawab atas divisinya masing-masing. Adalah, Chika Ananda yang kini diberikan tanggung jawab untuk mengendalikan Indscript Creative.

Ruangan itu bersatu dengan meja besar yang sepertinya adalah mejanya teh Indari. Sementara di bagian belakang, terlihat sebuah dapur yang juga kerap digunakan untuk mengambi gambar. Dan yang tidak kalah menarik, setiap pekerja di Indscript, selain mendapatkan jatah makan siang juga wajib tidur siang!

Woalah, mantep bener yes! Dikirain di luar negeri doang yang menerapkan jam tidur siang. Ternyata di Indscript Creative pun begitu. MasyaAllah.

Jadi, sekali lagi ya...

Indscript Creative itu masih ada, sama sekali tidak menghilang dan terus mencipta karya.

Pesannya yang selalu aku ingat adalah KONSISTEN

Dan semua orang tahu betul bahwa konsisten itu tidak mudah, butuh proses yang tidak pernah kamu tahu kapan ujungnya.

"Hebat terus Indari Mastuti, 
jangan berhenti menginspirasi kami, para perempuan"

dok.Pribadi

Lita Widi H
Hey! Welcome to My Blog

Related Posts

1 comment

  1. Dirimu juga juara dan menginspirasi 😊😍. Sukses terus dan berkah terus ya, Bubu. Jadi, pengen ikutan dan kumpul-kumpul bareng wanita-wanita hebat lainnya. Semoga lain kali, bisa ikutan 😍

    ReplyDelete

Post a Comment