Sejak memutuskan untuk ikut di tantangan Ibu Inklusif beberapa hari lalu. Aku mulai tahu bahwa difabel itu bukan hanya sekadar fisik dan mungkin ini juga yang perlu kita kenali. Bisa jadi kita enggak sadar bahwa di sekitar kita pun ada yang mengalaminya atau bahkan mungkin kita sendiri.
Bukan hanya jenis difabel yang beragam dan baru aku ketahui. Istilah-istilah yang digunakan di dalamnya pun sangat kaya.
Ini semacam dunia baru yang sebenarnya benar-benar ingin aku jelajahi. Incluverse.
Cinta Lama Bersemi Kembali
Ingatan melayang ke belasan tahun lalu,
Rasanya waktu itu anak sulungku masih belum sekolah, tetapi aku tertarik untuk mengajarkannya banyak hal. Termasuk mengenalkannya bahasa isyarat.
Hanya beberapa gerakan yang aku coba kenalkan, seperti terima kasih, aku menyayangimu, dan entah gerakan apalagi, aku lupa. Bagiku saat itu, bahasa isyarat seperti sesuatu yang keren dan “harusnya” dipelajari.
Sayangnya seiring berjalannya waktu, bahasa itu aku tinggalkan.
Maret 2022 ini, nyatanya status teman membuka mata dan hatiku kembali. Bahkan aku memasukkan data untuk ikut kepesertaan pun sehari setelah pendaftaran ditutup. Pikirku, kalau rezeki pasti aku bisa ikut kegiatan ini dan aku yakin ini akan menjadi pengalaman hidup yang berharga.
Alhamdulillah, aku masih bisa masuk WAG-nya. Sehari berikutnya acara dibuka di Facebook Live. Menariknya, video yang ditampilkan dibuat dengan luar biasa. Menarik, sangat menarik. Tidak biasa.
Event ini adalah program dari komunitas Ibu Profesional, yang sudah aku dengar namanya sejak lama, tapi belum pernah aku cari tahu lebih jauh lagi.
Yang aku sangat yakini, program “Ibu Inklusif” ini, benar-benar akan mengubah sudut pandangku terhadap dunia difabel. Yang pasti, akan membuat aku lebih banyak bersyukur. Lebih punya hati dan tahu bagaimana seharusnya memperlakukan diri sendiri dan orang lain.
Seperti cinta lama yang bersemi kembali, aku ingin mengenalnya lebih jauh. Aku ingin menyelami lebih jauh lagi.
Grup Itu pun dimulai
Beberapa
hari di WAG Ibu Inklusif yang berisi lebih dari 200 perempuan. Napasku dibuat
tersengal-sengal. Dadaku berdegup lebih kencang bahkan tak henti menghapus
genangan air mata. Sesekali air yang tak tertampung itu mengalir deras di pipi.
Betapa mereka perempuan hebat yang tidak bisa dikatakan luar biasa saja. Keikhlasan mereka pasti menjadi ladang pahala terbesar.
Aku ingin belajar dari mereka, menjadi bagian dari Guardians dan jika berhasil menyelesaikan tantangan maka bisa menjadi Inclugian yang dibutuhkan Incluverse.
Difabel, Disabilitas
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), difabel adalah penyandang cacat. Sementara disabilitas adalah:
- keadaan (seperti sakit atau cedera) yang merusak atau membatasi kemampuan mental dan fisik seseorang.
- keadaan tidak mampu melakukan hal-hal dengan cara yang biasa
Dilansir dari Liputan6.com, ternyata istilah difabel ini mulai populer di Indonesia pada pertengahan tahun 1990. Adalah Mansour Fakih, seorang aktivis sosial (kelahiran Bojonegoro 1953 dan meninggal pada tahun 2004) yang mengenalkannya.
Ia berpikir bahwa istilah cacat dan kelainan tidak lagi sesuai. Kemudian di tahun 1996, ia juga yang menyarankan penggunaan difabel untuk menggantikan istilah penyandang cacat.
Difabel sendiri berasal dari kata diffable (differently abled people atau different ability people).(You can say it diff-able (antara diff dan able dipisah) enggak seperti ejaan Indonesia yang dibaca bersambung difabel.) Yaitu, orang-orang yang dikategorikan memiliki kemampuan yang berbeda dengan manusia umumnya. Secara harfiah differently able berarti sesuatu yang berbeda.
Sementara disabilitas atau disable berasal dari kata disability yang berarti kehilangan kemampuan. Istilah ini biasanya digabungkan dengan kata penyandang (penyandang disabilitas). Disabilitas mengacu pada keterbatasan yang dimiliki seseorang.
Jenis-Jenis Disabilitas
Setelah membaca WAG, dilanjutkan dengan googling akhirnya aku paham sedikiiiit bahwa difabel itu cakupannya luas. Tidak hanya mereka yang berbeda secara fisik, tapi juga mental. Mengutip dari laman Halodocs dan penjelasan di WAG, berikut ini adalah jenis-jenisnya.
Disabilitas Netra
Gangguan penglihatan mengacu pada kondisi buta atau penglihatan sebagian. Salah satu pemateri di WAG (19 Maret 2022) dr. Sekar Dian Wulandari (Dokter Umum, Founder Gensolina, Ibu dua anak yang berdomisili di Jerman) menceritakan bahwa kedua anaknya memiliki gangguan penglihatan.
Anak pertamanya mengalami rabun dekat, sementara anak keduanya mengalami rabun jauh. Sehingga keduanya diharuskan menggunakan kacamata guna mendukung aktivitasnya. Padahal kedua orang tuanya tidak menggunakan kacamata.
Ini membuktikan bahwa gangguan penglihatan bisa dialami oleh siapa saja.
Tunanetra atau disabilitas netra, mereka adalah individu yang memiliki hambatan penglihatan. Ada dua golongan tunanetra, yaitu blind (buta total) dan low vision.
Dilansir dari www.usd.ac.id, ada juga istilah legally blind yang berarti buta secara hukum. Di mana istilah ini melibatkan pengukuran ketajaman penglihatan visual seseorang dalam ukuran tertentu. Sementara pengukuran ketajaman penglihatan bisa dilakukan dengan menggunakan Eyesight-Test, sebuah chart berstandar internasional.
Untuk buta total atau blind dikatakan demikian apabila kondisi ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang dari. Begitu juga dengan orang jangkauan penglihatannya sangat sempit dan tidak lebih dari 20 derajat.
Berikutnya low vision, merupakan istilah yang merujuk pada mereka yang mengalami kerusakan penglihatan. Ketajaman penglihatan low vision ini antara 20/70 dan 20/200 dibandingkan dengan kemampuan orang yang menggunakan kacamata.
(Penjelasan untuk angka-angka di atas merupakan jarak antara posisi badan kita dengan alat bantu tes ketajaman mata. Juga jarak di mana mata bisa membaca setiap huruf yang ditampilkan pada alat tes tersebut).
Disabilitas Tuli
Jujurly lebih suka dengernya sebagai tunarungu dibanding kata tuli. Kemampuan tidak bisa mendengar baik ini juga terbagi pada beberapa jenis, mulai dengan intensitas ringan maupun berat. Berikut ini jenis kemampuan mendengar yang disampaikan dr Sekar Dian.
Slide Hearing Loss
Kemampuan mendengar pada penderita slide hearing loss tidak lebih dari 15 desibel hingga 20 dB. Sehingga mereka tidak bisa mendengar suara bisikan atau berbisik. Namun masih bisa mendengarkan obrolan normal.
(Untuk yang pertama ini, aku berusaha browsing tapi nggak nemu istilah ini. Mungkin ada kesalahan penulisan saat saya mendengarkan voice note dari dr Sekar Dian atau lainnya. Bagi teman yang tahu, bisa komen ya ... )
Mild
Hearing Loss
Kehilangan pendengaran sedang yang berada di rentang suara 26 dB - 40 dB. Sehingga kesulitan untuk mengidentifikasi suara jika ramai atau ada background. Namun masih bisa mendengar orang yang berteriak.
*dB sendiri merupakan singkatan dari desibel
Moderate
Hearing Loss
Ini adalah kondisi kehilangan pendengaran yang sedikit parah dan bisa sudah tidak bisa mendeny percakapan biasa atau melalui telepon. Tidak bisa mendengar suara kurang dari 40 dB - 69 dB.
Severe Hearing Loss
Kondisi kehilangan pendengaran yang parah dan tidak bisa mendengar suara yang kurang dari 70 dB -94 dB. Orang yang menderita Severe Hearing Loss sudah tidak bisa mendengar orang bicara.
Profound Hearing Loss
Ini adalah kondisi yang paling parah dan tidak bisa mendengar suara di bawah 95dB. Sementara suara yang masih bisa didengar adalah suara-suara extrem seperti suara tembakan atau suara konser musik Rock yang berada di 120 dB.
Di hari yang sama, pada pukul 10.00 WIB di FB live, Peri Incluverse, mbak Widi Utami sharing mengenai keterbatasan yang ia miliki. HOH (Hard of Hearing) telah ia alami sejak usianya 4 tahun.
Ia mengalami banyak hal bahkan memberikan tips bagaimana sebaiknya bicara pada mereka yang tidak bisa mendengar.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan berbicara dengan nada suara normal dan gerakan bibir yang tidak cepat. Hal ini dikarenakan mereka akan membaca gerak bibir untuk memahami apa yang kita sampaikan.
"Jangan berteriak pada kami, apalagi di belakang kami karena kami tidak akan mendengarnya. Lambaikan tangan pada kami di arah depan bahkan dari jarak cukup jauh pun, kami bisa mengenalimu."
"Tepuk bahu kami dan bicara dengan perlahan kemudian pastikan hanya bicara di tempat yang cukup cahaya karena sekali lagi, mereka bisa mengandalkan mata untuk membaca gerak bibir lawan bicaranya."
Disabilitas
Fisik (Daksa)
Tunadaksa berarti cacat tubuh. Karena kelainan tubuh, penyandang tunadaksa memiliki gangguan gerak atau mobilitas. Penyebabnya sendiri bisa karena kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio dan lumpuh, bisa juga karena penyakit atau usia.
Disabilitas
Intelektual
Ini adalah kondisi di mana penderitanya mengalami gangguan fungsi intelektual dan perilaku adaptif. Kondisi ini meliputi gangguan bipolar, depresi, skizofrenia, kecemasan dan gangguan kepribadian yang bisa memengaruhi caranya berpikir, merasa, ataupun bertindak.
Disabilitas Wicara
Jenis
disabilitas lainnya adalah gangguan berbicara yang masuk ke dalam kelompok tuli
sejak lahir dan biasanya dikategorikan ke dalam tunawicara.
Read
It and Keep It In Your Mind and Your Heart
Masih ada beberapa jenis lainnya yang disebutkan di situs tersebut mengenai jenis disabilitas lainnya. Namun yang pasti, tahukah kamu, bagaimana cara bersikap dengan mereka yang difabel.
BANYAK? Relatif
dan sebenernya ini depend on you and the case
Yang pasti LAKUKAN ini!
1. Tidak melakukan tindakan yang mengandung bullying seperti: mengolok-olok kondisi difabel, menjadikan bahan perbincangan, dan jangan pernah sekali-sekali menyembunyikan atau mempermainkan alat bantu difabel. INI SAMA SEKALI TIDAK LUCU!
2. Jangan sekali-kali mengetes kemampuan atau kondisi difabel/disabilitas.
3. Jika bicara dengan difabel daksa, pastikan matamu sejajar dengan posisi mereka.
4. Perlakukan mereka dengan penuh cinta, penuhi kebutuhannya dan lakukan seperti kamu memperlakukan diri sendiri karena, mereka juga sama manusia ciptaan-NYA yang diciptakan dengan segala keistimewaan yang wajib disyukuri.
#mata #rasa
Sumber:
https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-jenis-jenis-disabilitas-yang-perlu-dipahami
https://law.uii.ac.id/blog/2020/11/11/diskursus-sebutan-warga-difabel/
https://www.usd.ac.id/pusat/psibk/2018/08/03/tunanetra-atau-buta/#:~:text=Blind%20atau%20buta%20total%20adalah,tidak%20lebih%20dari%2020%20derajat.
Post a Comment
Post a Comment