Dukung Internetnya Indonesia Maju dengan Internet Inklusif

dukung internetnya Indonesia maju dengan internet inklusif

Habibie Afsyah, adalah salah satu penyandang disabilitas yang bisa merasakan besarnya manfaat internet. Keterbatasannya, tidak menjadi penghalang atas kesuksesan yang diraihnya. 

***

Informasi tidak akan pernah ada habisnya dan ini bisa didapat dari internet. Salah satu penyedia layanan internet terkemuka di Indonesia adalah IndiHome. Sebagai layanan fixed broadbrand terkemuka milik PT Telkom Indonesia, IndiHome menyediakan tiga layanan utama, termasuk di dalamnya internet, telepon, dan TV interaktif. 

Serat optik IndiHome sebetulnya sudah membentang sejauh 166.343 km. Bahkan hingga akhir tahun 2021, tercatat pengguna IndiHome sudah lebih dari 8,5 juta. Jangkauannya sendiri sudah mencapai 489 kota/kabupaten dari total 514 kota/kabupaten di Indonesia. 

Sebanyak sepuluh pulau-pulau terluar di Indonesia, seperti Pulau Bintan, Nusa Penida, Weh, Sebatik, dan lainnya, sudah terjangkau oleh IndiHome. Itu artinya, visi Telkom Indonesia dalam mendigitalisasikan bangsa, terus berlangsung. 

Internet dan Disabilitas di Indonesia

Tidak bisa dimungkiri, bahwa keberadaan internet di era digital ini, memang memberikan banyak keuntungan dan manfaat bagi manusia. Semua menjadi serba mudah, cepat, dan cenderung efisien. 

Siapa pun tanpa terkecuali, sebetulnya bisa menikmati internet. Sayangnya masih belum banyak yang bisa, termasuk para difabel. 

Salah satu penyebabnya adalah, kurangnya pengembangan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT). ICT sendiri merupakan salah satu kebijakan strategis pemerintah pada tahun 2021. Guna mendukung akselerasi pemulihan dan transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju.

Selain itu, internet yang ramah disabilitas di Indonesia pun masih sangat rendah. Seperti dilansir, theconversation.com (diakses 14/06/2022), indeks internet inklusif Indonesia berada di ranking ke-66 dari 120 negara. 

Aksesibilitas internet di Indonesia tidak memenuhi standar Web Content Accessibility Guideline (WCAG), yang memang cenderung masih asing di dunia teknologi informasi tanah air. 

Bahkan di website-website pemerintah sekali pun, gambar-gambar yang disertakan tidak dilengkapi dengan teks. Sama halnya dengan website milik perguruan tinggi di Indonesia, bahkan 95% di antaranya, tidak ramah disabilitas.

Jangan ditanya lagi kalau bicara tentang media sosial, terutama yang memuat gambar, yang tidak ramah pada difabel Netra. Begitu juga dengan alat pencarian di internet yang masih menyulitkan. 

Jumlah data di atas juga sepertinya, tidak mengalami perbaikan yang cukup signifikan, bila disesuaikan dengan hasil survey yang dilakukan Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada 2018. Yang menyatakan bahwa akses informasi penyandang disabilitas dalam penggunaan handphone atau laptop, jumlahnya hanya 34,89% saat itu.

Padahal non disabilitas yang sudah menggunakan perangkat tersebut, di tahun yang sama sudah mencapai 81,61%. Begitu juga dengan akses internet yang diserap oleh non disabilitas, sudah sebanyak 45,46%, sementara penyandang disabilitas hanya 8,50%.  

Kesenjangan tersebut memang berkaitan dengan banyak faktor, termasuk diskriminasi yang masih dialami oleh para penyandang disabilitas. Begitu juga dengan kesempatan untuk memperbaiki kehidupan disabilitas dari segi finansial. 

Di negara berkembang, 82% penyandang disabilitas hidup di bawah garis kemiskinan. Jika sudah begini, bagaimana disabilitas bisa menikmati internet yang notabene nilainya tidaklah murah.

Sebagian orang mungkin akan berpikir keras untuk lebih memilih mengisi kebutuhan sehari-hari dibandingkan dengan internet. Padahal, jika saja mereka paham, manfaat internet bisa membantu mereka meningkatkan pendapatan. 

IndiHome sendiri memiliki beberapa pilihan paket. Yang termurah adalah internet dengan kapasitas 20mbps, kita hanya perlu membayar Rp275.000- setiap bulannya. Jika saja dipecah ke dalam tiga puluh hari, artinya tidak lebih dari Rp3.000 rupiah, dan harusnya semua orang bisa. 

Di balik lambatnya pada penyandang disabilitas bisa menikmati internet, perlahan, tapi pasti, lahir sejumlah aplikasi yang bisa mendukung aktivitas para difabel dalam memanfaatkan internet. Contohnya adalah, aplikasi bahasa isyarat, aplikasi untuk penderita disleksia, dan banyak lagi. 

Hal-hal seperti ini yang dibutuhkan oleh teman difabel, dan ini tentunya bisa dilakukan oleh siapa saja, baik para penyandang disabilitas itu sendiri, atau non disabilitas. 

Termasuk ketika non disabilitas yang baiknya mulai memikirkan setiap konten yang diunggahnya, menjadi lebih ramah difabel. Misalnya, menyertakan caption pada video, menyertakan alternatif teks pada foto, dan sebagainya. 



Internet Inklusif

Untuk mengukur inklusivitas akses internet, ada empat indikator yang digunakan, yaitu indikator ketersediaan (luas dan kualitas infrastuktur), indikator keterjangkauan (biaya akses internet dan persaingan penyedia layanan), indikator relevansi (ketersediaan informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan penggunaan bahasa lokal), serta indikator kesiapan (kapasitas mengakses internet, seperti, kemampuan, penerimaaan budaya, juga dukungan kebijakan).  

Sebagai internetnya Indonesia, pastinya banyak harapan yang diinginkan oleh setiap individu di negeri ini pada IndiHome. Bagaimana bisa menikmati internet dengan cara yang paling mudah dan terjangkau, atau setidaknya bantuan internet untuk mereka yang memang belum mampu. 

Memberikan kesempatan kepada para penyandang disabitas untuk menunjukkan karyanya, adalah salah satu cara untuk memanusiakan manusia. 

Internet inklusif benar-benar dibutuhkan di negara ini, agar kian hari lahir Habibie Afysah yang baru, Lahir Angkie Yudistia yang baru, yang bisa turut membangun Indonesia. Lebih maju, lebih berdaya.


Lita Widi H
Hey! Welcome to My Blog

Related Posts

Post a Comment