Nasabah Bijak Peduli Sesama Jauhkan Diri dari Soceng

17 comments

Siapa saja bisa menjadi penyuluh digital. Tentunya dengan tujuan agar kita semua bisa menjadi nasabah yang lebih bijak, ketika melakukan berbagai macam transaksi perbankan. Selain untuk melindungi diri sendiri, kita juga bisa mengingatkan pengguna lain agar terhindar dari berbagai kejahatan digital. 

Nasabah bijak peduli sesama jauhkan diri dari soceng

Hari itu, aku di-invite kawan yang sudah lama tak berkabar, ke dalam sebuah grup di Telegram. Aku termasuk yang cukup aktif menggunakan aplikasi layanan pesan instan yang satu itu. Setiap hari, selalu ada aktivitas yang dilakukan di grup lain, sehingga tidak pernah luput dari pantauan, layaknya WhatsApp.

Saat itu, di dalam grup baru berjumlah sekitar 8000an orang. Grup dalam keadaan terkunci, sehingga hanya admin yang bisa memberikan informasi.  

Grup ini diberi nama BANK BRI. Sekilas semuanya nampak meyakinkan, dengan tampilan profile picture yang serupa, tapi tak sama dengan akun resmi BRI, hingga format informasi yang dibuat sedemikian meyakinkannya. 

Nasabah bijak waspada soceng
gambar 2: akun Telegram BRI palsu dan akun Instagram BRI resmi

Ini bukan kebetulan. Aku adalah nasabah bank BRI yang mungkin memang membutuhkan informasi dari bank, sehingga tidak serta merta meninggalkan grup tersebut. Namun, saat melihat informasi yang diberikan, beruntungnya aku enggak langsung percaya, bahkan sebetulnya cenderung curiga. 

Feeling menjadi seorang detektif pun muncul. Tanpa ba bi bu...aku mencoba mencari media sosial Bank BRI. Mulai dari Instagram-nya. Saat itu, notifikasi yang didapat, bahwa DM Instagram BRI (@BankBRI_ID) sedang error dan diharapkan untuk menggunakan media sosial lainnya, dan aku memilih untuk mencoba WhatsApp-nya. 

Melalui WhatsApp, aku mencoba menyampaikan informasi apa yang ditemui. Sempat mendapat jawaban, bahwa akun tersebut memang palsu dan aku diharap untuk lebih berhati-hati, that's all. Selebihnya, sayang, chat dilanjutkan oleh bot. 

Merasa tidak puas mendapatkan jawaban, aku menimbang dan terus menimbang. Sampai akhirnya,  memutuskan untuk mencuit di Twitter. 

Respons Bank BRI kali ini jauh lebih cepat, seperti dugaanku. Berharap pihak yang lebih berwenang akan langsung bertindak pada akun palsu di Telegram tersebut. 

Hampir setiap hari pun, aku masih sering share informasi akun aspal ini diberbagai akun media sosialku. Berharap banyak yang membaca dan melihat, kemudian akan memberikan respons yang sama bahkan lebih baik.

Sempat ada perasaan senang karena terlihat ada perubahan jumlah member di dalam grup, yang tetap aku pantau. Namun, hanya hitungan jam saja karena, tak lama kemudian, jumlah member di dalam grup terus bertambah. 

Ini adalah informasi yang disampaikan di dalam grup. Dengan informasi yang sama, aku mendapatkannya lagi melalui WhatsApp. Kali ini, aku tidak memberikan respons, tapi langsung block nomornya. 

pemberitahuan palsu perubahan biaya transfer bank BRI
gambar 3: Informasi PALSU pemberitahuan perubahan biaya transfer bank BRI 

Intinya, informasi yang disebarkan adalah perubahan biaya transfer bank. Bagi yang kerap menggunakan bank sebagai alat bertransaksi, tentunya ini akan menjadi masalah besar. 

Banyak yang bisa kita petik dari informasi palsu di atas. Salah satunya meyakini bahwa informasi tersebut benar-benar palsu. Apa alasannya?

Alasan paling menonjol adalah tulisan yang berantakan. Banyak yang bisa digarisbawahi dan bank BRI resmi tidak mungkin melakukan kesalahan seperti ini. Beberapa kata yang sangat terlihat jelas adalah:

1. Pembaharuan (seharusnya; pembaruan)

2. Penulisan BANK bri (seharusnya; Bank BRI)

3. Kenyaman (seharusnya; kenyamanan)

4. Benking (seharusnya; banking)

5. Reg tabungan (seharusnya; rekening)

6. N:B (seharusnya NB:)

7. Trasaksi (seharusnya; transaksi)

8. Terimah Kasih (seharusnya; terima kasih)

Penulisan huruf besar dan kecil yang berantakan, penyingkatan kata yang tidak lazim, seperti yg dan dgn. Kemudian adanya perbedaan antara informasi yang di atas, dengan tulisan yang di bawahnya (caption). 

Tidak hanya sekadar kata. Namun, rangkaian kalimat benar-benar asal-asalan, sehingga terkesan memang tidak profesional. Jelas bukan pekerjaan mereka yang profesional, bukan? Dan ini tak layak untuk dipercaya. 

Namun, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang mungkin tidak memahami ini dan terburu-buru untuk memutuskan, bahwa informasi tersebut benar adanya, sehingga terkena pancingan pelaku, dan akhirnya tertipu. 

Hingga saat ini, member di dalam akun Telegram Bank BRI PALSU ini ada lebih dari 14 ribu. 

Miris, iya miris, memikirkan berapa banyak teman yang mungkin percaya, dan tertipu.

Aku memutuskan untuk melakukan cara lain, yaitu, broadcast teman-teman di WhatsApp yang kebetulan aku lihat namanya ada di dalam satu grup di Telegram itu. Begini isinya:

Selesai mengirimkan broadcast via WhatsApp, Aku mendapatkan respons dari teman-teman, dan senangnya mereka mau membantu untuk block dan report akun tersebut.

Dengan catatan, aku masih akan berada di grup, untuk mengetahui akan ada informasi apa lagi yang disampaikan di sana. Bahkan aku mulai mencoba mengikuti arahan dari pelaku kejahatan ini, untuk mengetahui langkah apa selanjutnya yang akan mereka lakukan. 

Ambil risiko? Mungkin ya, tapi kalau enggak melakukan ini, aku nggak tahu, apa saja yang mereka cari, dan ini adalah hasilnya. 

Setelah menyatakan "Tidak Setuju", secara otomatis, aku chat secara personal di akun admin akun BRI palsu. Pada menit pertama, aku tidak memberikan respons dan dilanjut dengan menit yang kedua. 

Masih juga tidak memberikan respons, pada pukul 11.33, akun tersebut mencoba kembali mengingatkan, agar aku mengikuti arahan yang disediakan. 

Namun, begitu tautan yang diberikan di klik, nyatanya ini yang aku dapatkan. 

Nyatanya, aku tidak cukup berani untuk melanjutkan proses penyelidikan untuk masuk ke dalam akun aspal BRI ini. Jadi hingga tahap percobaan log in, aku stop perjalanan menjadi detektif kali ini. Lucunya, batasan untuk melakukan verfikasi bisa kurang dari 1 menit, jadinya minus.

Gawatnya, mas yang digambar itu, juga berusaha menghubungi lewat panggilan Telegram. Jelas enggak aku  angkat, dong! khawatirnya terkena hipnotis, bahaya saldo di rekening. ha ... ha ... .

Ini adalah Bagian dari Soceng

Menjadi seorang nasabah bijak, nyatanya bukan hal mudah juga. Tidak hanya sebatas menabung, melakukan transaksi, jual, beli, transfer, dan lainnya. Namun, waspada terhadap hal-hal seperti ini, sudah sepatutnya dilakukan.

Penipuan dengan cara apa pun bisa terjadi kapan, di mana, dan pada siapa saja. Lantas siapa yang akan peduli jika bukan diri kita sendiri. Kemudian bagaimana mereka yang tak paham? Kita yang mengertilah yang baiknya membantu mengingatkan dan menyuarakan, untuk waspada. 

Apa yang telah coba saya pahami dari kejadian di atas, merupakan salah satu bentuk SOCENG yang memang tengah marak saat ini.

SOCENG merupakan singkatan dari Social Engineering. Bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah "Rekayasa Sosial".

Melansir dari akun Investopedia, soceng adalah tindakan eksploitasi kelemahan manusia, guna mendapatkan informasi yang "mereka" butuhkan, seperti informasi pribadi, dan berbagai sistem lainnya yang sifatnya rahasia. Soceng lebih mengarah pada teknik memanipulasi untuk menembus akun sasarannya.

Pencurian identitas inilah yang disebut sebagai serangan social engineering. Seperti yang teman tahu, bahwa untuk membuka rekening di bank, umumnya membutuhkan sejumlah informasi penting. Yang jika tidak dipenuhi, maka kita tidak akan bisa membuat rekening bank, seperti, KTP, KK, NPWP, hingga mencantumkan nama ibu kandung. 

Tujuannya jelas, setelah data berhasil diambil, pelaku soceng ini sudah bisa dipastikan akan menguras seluruh uang yang ada di rekening, kemudian mengambil alih akun, hingga menyalahgunakan data pribadi tadi untuk melakukan tindak kejahatan lainnya. 

Jenis Soceng

Jenis soceng yang sudah aku sebut di atas, yaitu perubahan tarif transfer bank hanya salah satunya. Baiknya, kamu juga tahu jenis soceng lainnya, yang mungkin saja pernah ditemui atau bisa diwaspadai sebelum menimpa kita semua. Ini adalah jenis soceng lainnya, menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

1. Menjadi Nasabah Prioritas

Mendapat tawaran menjadi nasabah prioritas pada sebuah bank memang menggiurkan. Bagaimana tidak, nasabah bank bisa mendapatkan berbagai keuntungan seperti, hadiah ulang tahun, undangan event-event eksklusif, potongan harga di sana-sini, dan masih banyak lagi. 

Di sini, pelaku soceng akan melontarkan kelebihan-kelebihan rersebut, hingga berusaha untuk meminta korbannya untuk memberikan data pribadi, seperti nomor kartu ATM, PIN, OTP (One-Time Password) yang biasanya dikirim via SMS, e-mail, atau WhatsApp yang bersifat sementara, kemudian nomor CVV/CVC (terletak di kartu ATM yang juga bersifat rahasia), juga password

2. Perubahan Tarif Transfer

Ini yang sudah aku sebut di atas. Kamu pasti juga enggan kan, kalau transfer antar bank atau antar rekening sekali pun kena charge yang lumayan besar? Nah, perasaan inilah yang kerap dimanfaatkan pelaku soceng. 

Pengambilan data dilakukan dan akan meminta korban dengan tanpa sadar, untuk mengisi formulir pada link yang diberikan. Bersiap data pribadi seperti PIN, OTP, dan password akan segera berpindah tangan. 

3. Agen Laku Pandai

Laku Pandai (Layanan Keungan tanpa Kantor) adalah program OJK yang berkerjasama dengan pihak lain (agen bank) untuk memberikan layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya, yang didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi. 

Untuk menjadi agen Laku Pandai, dibutuhkan berbagai persyaratan yang tidak mudah dan akan dipermudah oleh pelaku soceng agar korbannya tergiur memberikan sejumlah data penting, agar proses menjadi agen Laku Pandai, bisa mudah. 

Menjadi agen Laku Pandai pun memang banyak manfaatnya, di antaranya, memiliki hubungan yang erat dengan bank yang dipilih, sehingga akan memudahkan ketika akan mengajukan kredit. Keuntungan lainnya menjadi agen Laku Pandai adalah mendapatkan 'fee' yang didapat dari setiap transaksi. 

Transaksi yang dilakukan di agen Laku Pandai, biasanya menggunakan mesin EDC (alat penerima pembayaran yang dapat menghubungkan antar rekening bank). Alih-alih pengadaan mesin EDC, pelaku soceng umumnya akan meminta agen Laku Pandai untuk mentransfer sejumlah uang agar mesin segera didapat. 

BRI pun menawarkan kesempatan ini dengan memberikan layanan yang disebut BRILink. Bagaimanapun juga BRI adalah bank milik pemerintah yang menjadi kepercayaan masyarakat di negeri ini, sehingga kesempatan untuk berkolaborasi rasanya menjadi tempat yang menyenangkan untuk siapa saja. 

Namun, perlu kamu ketahui, saat artikel ini ditulis, untuk menjadi agen BRILink saat ini tengah ditutup sementara. Jadi, kalau kamu saat ini tertarik untuk menjadi agen Laku Pandai BRI, jelas tidak bisa. Sekali lagi, hal ini dikarenakan bank BRI menutup pendaftaran sementara untuk menjadi agen BRILink. 

4. Layanan Konsumen Palsu

Jenis soceng yang keempat adalah adanya layanan konsumen yang mengatasnamakan bank. Pelaku kejahatan siber ini, akan menawarkan bantuan untuk menyelesaikan keluhan yang disampaikan nasabah, dengan mengarahkan pada website palsu milik mereka. 

Berikutnya, nasabah pasti akan diminta memberikan data-data pribadi, agar keluhan bisa segera ditanggapi. Lagi-lagi, kamu yang mungkin tengah panik atau sedang dalam kondisi terburu-buru, bisa saja dengan mudah menanggapi layanan konsumen palsu tersebut, agar masalah cepat selesai. 

Padahal tanpa sadar, kamu kehilangan data pribadi yang dimanfaatkan penjahat ini.

Waspada Soceng

Tingginya pengguna layanan bank BRI, nyatanya dimanfaatkan oleh pelaku social engineering untuk mendapatkan sejumlah keuntungan. Namun, kita semua bisa terhindar dari hal-hal buruk tersebut, jika kita mau lebih waspada, dan lebih bijak ketika melakukan setiap transaksi. 

Lantas, apa saja yang harus kita lakukan agar terhindar dari kejahatan-kejahatan digital ini? Seperti dilansir media sosial OJK Indonesia, ini adalah tipsnya. 

1. Jaga Kerahasiaan Data Pribadi

Data pribadi terbagi menjadi dua jenis, yaitu data pribadi yang bersifat umum dan data pribadi yang bersifat spesifik. Data pribadi umum, seperti, nama lengkap, tanggal/bulan/tahun lahir, alamat, jenis kelamin, kewarganegaraan, agama, hingga data-data lainnya yang dikombinasikan untuk mengindentifikasi diri. 

Sementara data pribadi yang bersifat spesifik, biasanya meliputi, data dan informasi kesehatan, data bometrik, data genetika, data anak, data keuangan pribadi, kehidupan/orientasi seksual, pandangan politik, catatan kejahatan, dan data penting lainnya yang sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan. 

2. Tidak Mengunggah Data Pribadi di Media Sosial

Menggunakan media sosial pun kita harus bijak, termasuk tidak mengunggah data-data penting di sana, sehingga siapa pun bisa dengan mudah mencatut, menyimpan, dan menyalahgunakan data tersebut.

Alih-alih ingin membuktikan bahwa kamu warga asli Indonesia atau memberitahukan tanggal lahirmu, dengan mudahnya kamu berselfie dengan KTP dan membiarkan semua orang membacanya dengan jelas. Padahal setelah itu, kamu harus mau bersiap menerima kenyataan, bahwa kejahatan siber menantimu. 

3. Waspada pada Orang yang Mengaku sebagai Petugas Bank/Instansi dan Meminta data Pribadi

Kalau perlu lakukan transaksi secara offline (datang langsung ke bank) dan hentikan segala macam transaksi jika kamu sudah diminta sejumlah data untuk menyelesaikan masalah bank yang tengah kamu hadapi. 

4. Cek Keaslian Nomor Telepon, Akun Media Sosial, e-Mail, hingga Website Bank

Ini yang aku lakukan dan harus juga kamu lakukan ketika mendapatkan informasi yang tidak jelas atau diragukan kebenarannya. Saat ini, aktivitas bank sudah bisa dicek dengan mudah secara digital, begitu juga dengan media sosialnya. Lakukan cek dan re-check selalu, semuanya dengan baik. 

Untuk BRI sendiri, kamu bisa ikuti semua informasinya di Twitter, Instagram, Facebook, bahkan websitenya. Nama akun asli yang biasanya digunakan pun cenderung sama, dan untuk BRI juga begitu, yaitu, @BankBRI_ID.

5. Aktifkan Two Factor Authentication

Two Factor Authentication (2FA) adalah sistem keamanan yang akan membutuhkan dua jenis autentifikasi. Dengan begini, kamu bisa memperkuat keamanan akun online yang dimiliki. 

Untuk login ke akun online, biasanya, kamu hanya perlu log in dengan memasukkan e-Mail dan paswword saja. Sedangkan, jika mengaktifkan 2FA, maka ada langkah lain yang harus dilanjutkan. Di mana 2FA ini biasanya terhubung nonor handphone, yang akan dibutuhkan ketika melakukan konfirmasi.  

6. Aktifkan Notifikasi Transaksi Rekening dan Cek Histori Rekening Secara Berkala

Jangan merasa terganggu bila ada pemberitahuan atau notifikasi dari setiap transaksi rekening bank-mu. Bisa jadi, ini adalah cara yang cukup efektif untuk melindungi kejahatan cyber yang telah mengintai rekening bankmu. 

Dengan mengaktifkan notifikasi transaksi bank, kamu bisa melihat, mana yang bukan transaksimu, sehingga bisa segera melakukan tindakan. Terakhir, cek histori rekening bank secara berkala, ini, bisa dilakukan secara online melalui cek mutasi di e-banking atau cetak buku tabungan di bank.

Kesimpulan

Menjadi seorang penyuluh digital demi kebaikan bersama tidak ada salahnya. Karena bisa jadi apa yang kita lakukan ini, telah melindungi seseorang yang tidak kita kenal. 

Kamu ingat ada pepatah, bahwa apa yang kita lakukan akan berbalik pada kita. Mungkin ini hanya kebaikan kecil, tapi percayalah, ada banyak orang yang telah kita sadarkan bahwa kejahatan cyber itu ada...bahwa rekayasa sosial yang akrab disebut soceng ini, nyata. 

Kejahatan itu muncul saat kesempatan ada. Namun, kesempatan itu bisa kita tutup, dimulai dari diri sendiri, dengan menjadi nasabah bijak yang waspada pada setiap tindakan.


# lomba

# Mata



sumber: 

https://www.ojk.go.id/id/media/ojk-tv/detail-video.aspx?ID=1115#:~:text=%E2%80%8BSudah%20tahu%20apa%20itu,dikuras%20tanpa%20kita%20sadar%20lho!

httphttps://www.ojk.go.id/id/pages/Laku-Pandai.aspx#:~:text=%E2%80%8B%E2%80%8B%E2%80%8BLaku%20Pandai,dengan%20penggunaan%20sarana%20teknologi%20informasi.

https://brilink.bri.co.id/

https://www.kominfo.go.id/content/detail/28343/bersama-lindungi-data-pribadi-di-platform-digital/0/artikel#:~:text=Kedua%2C%20data%20pribadi%20yang%20bersifat,dengan%20ketentuan%20peraturan%20perundang%2Dundangan.

https://twitter.com/ojkindonesia/status/1569983818320482306/photo/1

Lita Widi H
Hey! Welcome to My Blog

Related Posts

17 comments

  1. Yup, bagi kita yang belajar menulis/berliterasi, bisa mengenali akun abl2 yang berantakan cara berbahasanya tetapi bagi yang tidak memperhatikan, bisa kena penipuan. Sayang sih sebenarnya ....

    Itulah ya, kita harus belajar terus, terkait bahasa, juga terkait bagaimana penipu beraksi di dunia maya.

    ReplyDelete
  2. Kurangnya minat baca, malas membaca, ataupub baca sekilas pesan yg diberikan bisa jd sasaran empuk nih buat penipuan. Pentingnya literasi digital

    ReplyDelete
  3. Jaman dulu mana ada istilah Soceng. Sekarang begal rekening itu nyata adanya. Teman kita blogger juga tabungannya raib hanya setelah klik satu tautan. Semoga kita terhindar dari semua kejahatan digital itu ya

    ReplyDelete
  4. Gemez juga kan ya kalau ada begituan itu ya, Mbak Lit. Hmmm....

    Baru kemarin juga tetanggaku dikirimi pesan WA yang mengatasnamakan BRI. Mungkin tetanggaku sempet ragu-ragu, bener gak ya berita itu, lalu dia bertanya dengan cara mengunggah pesan dari BRI abal-abal itu ke status WA nya, dan mungkin banyak orang yang suruh memblokir nomor tersebut karena hoax

    ReplyDelete
  5. Hah bahkan ada akun telegram BRI palsu donk. Aku udah dapat juga yang soceng BRI, tapi WA. Namun ya gitu, typo dimana-mana

    ReplyDelete
  6. Wah iya, kudu ati ati ya teh
    Nggak boleh sembarang memberikan data data pribadi ke orang yang tidak dikenal

    ReplyDelete
  7. Menjadi seorang nasabah bijak, nyatanya bukan hal mudah juga. Tidak hanya sebatas menabung, melakukan transaksi, jual, beli, transfer, dan lainnya. Namun, waspada terhadap hal-hal seperti ini, sudah sepatutnya dilakukan. Ya benar sekali

    ReplyDelete
  8. Ngeri banget ini ada grupnya juga waah, syukurnya respons Bank BRI cepat, pihak yang lebih berwenang bertindak pada akun palsu di Telegram itu. Setuju jika kesempatan melakukan kejahatan itu bisa kita tutup, dimulai dari diri sendiri, dengan menjadi nasabah bijak yang waspada pada setiap tindakan yang kita lakukan

    ReplyDelete
  9. Setuju mba, lewat tulisan inj secara nggak langsung kita ikut memberikan alarm pengingat kepada sesama agar selalu waspada terhadap kejahatan siber

    ReplyDelete
  10. bank ini sedang dibidik sepertinya ya mbak, lagi marak banget bank ini di mana-mana kasus a,b,c penipuan.. kita jadi nasabah juga harus teredukasi juga ya mbak

    ReplyDelete
  11. betul banget mbak, menjadi nasabah bijak juga harus aware dengan hal yang mencurigakan terkait bank, beberpaa waktu yang lalu saua juga menerima pesan bersamaan tentang perubahan tarif transfer, saya merasa janggl, sehingga saya konfirmasi ke teman yang bekerja di bank tersbeut, dan benar ternyata itu nomer bukan milik CS bank tersebut dan ada indikasi penipuan

    ReplyDelete
  12. Socheng Makin marak ya Teh. Pokoknya harus lebih waspada, jangan sampai kena modus si penipu. Saudara saya kena soalnya modus lewat kelebihan transfer. Pokoknya jangan pernah kasih data pribadi kaya no rek, PIN gitu ke orang asing

    ReplyDelete


  13. Kita memang harus teliti ya kalau dapat selebaran atau informasi gitu soalnya sekarang banyak banget yang bisa bikin flyer dan informasi yang ternyata nipu gitu

    ReplyDelete
  14. Penipuan yang mengatasnamakan Bank terpercaya ini sungguh meresahkan yaa..
    Biasanya yang baca suka panik duluan dan mengakibatkan kebuntuan otak dalam memutuskan.

    Semoga dengan menjadi nasabah bijak, kita semua bisa terhindarkan dari kejahatan siber yang kian merajalela.

    ReplyDelete
  15. Semua tipsnya saya sudah jalankan Kak Lit, semoga selalu aman dan terjaga dari kejahatan-kejahatan siber. Pengalaman saya sering diteleponin oleh pihak yang mengaku orang bank, namun saya memang dasarnya ga pernah angkat2 telepon yang gak dikenal, jadi alhamdulillah aman

    ReplyDelete
  16. Saya pernah dikirimi pesan dari BRI abal-abal. Tapi suratnya penuh typo. Jadi saya anggap ini penipuan. Suratnya saya terusin ke temen yang berprofesi jadi wartawan, biar diterusin lagi petinggi BRI. Semoga kita dilindungi dari kejahatan siber.

    ReplyDelete
  17. Nah, ini apa-apa kudu dicek bener kevalidannya. Banyak akun-akun Bank bodong di sosmed dan di aplikasi chat, meleng sedikit aja bisa kena tipu.
    Yang aku heranin, mereka itu dapet nomor telepon darimana kok bisa masukin orang-orang ke dalam WAG?

    ReplyDelete

Post a Comment